Nikmatnya mudik

apakah anda mudik

apakah anda mudik

Sebelumnya kami( M. Aminudin R & https://tengah.wordpress.com) mengucapkan,

“Selamat hari raya idul fitri 1429 H. Taqabalallahu minna wa mingkum, minal aidzin wal faizin mohon maaf lahir dan batin.”

Alhamdulillahirobbil alamin, Saya diberi kesempatan oleh Allah untuk bertemu dan berpisah dengan bulan ramadhan 1429 H. Jujur, perasaan saya sangat sedih saat bulan ramadhan tinggal 1hari terakhir. Ketika selesai sholat subuh saya berdoa dalam hati “ Ya Allah bulan ramadhan, bulan rahmat yang hanya ada sekali dalam setahun sebentar lagi akan berakhir. Ya Allah perasaan saya sangat sedih, karena di bulan suci ini saya belum dapat mengamalkan isi dari kitabMu, isi dari Al-quran secara kaffah. Saya juga belum dapat mengoptimalkan syahrul ibadah ini dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah saya. Dan juga saya belum dapat memaksimalkan Syahrul tilawah ini dengan berfastabiqul khaira sebanyak-sebanyaknya serta memperbanyak ibadah sunnah. Ya Allah semoga engkau masih memberikan hamba kesempatan untuk bertemu dengan bulan ramadhan berikutnya dan semoga lebih baik dari tahun ini…Amin”

Spontan dalam hati saya ada suatu perasaan rindu entah dari mana asalnya. Rasa rindu untuk bertemu kembali dengan bulan ramadhan. Subhanallah saya belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya.

Hari raya idul fitri tiba, saya menyambutnya denagn sholat ied di masjid terdekat. Setelah sholat ied selesai khotib memberikan khutbah sholat ied yang intinya derajat taqwa bila sudah dimiliki oleh seseorang memiliki 5 ciri-ciri, salah satunya ialah orang yang bersedekah di waktu sempit maupun lapang ( wasshoro’u waddhoro’u). Jadi bila anda atau orang terdekat anda yang berciri seperti itu maka orang tersebut telah memiliki derajat taqwa. Lalu saya pulang ke rumah dan melihat tayangan sholat ied yang selalu ada pada saat idul fitri yang disiarkan langsung dari masjid Istiqlal Jakarta dan pastinya di hadiri oleh presiden wakil presiden. Ceramah dari menteri agama setelah sholat ied di masjid Istiqlal Jakarta juga sama dengan di masjid dekat rumah saya. Yang jelas itu bukan suatu kebetulan.

Seperti biasanya tradisi masyarakat kita di hari raya idul fitri adalah sungkem dengan sanak saudara. Saya dan kakak saya, datang lebih awal dari saudara saya lainnya di rumah nenek saya. Disana saya bertemu bude saya yang datang dari Samarinda, Kalimantan selatan. Karena saudara-saudara belum berkumpul semua kami menunggu mereka untuk melakukan sungkeman. Saya menunggu di ruang depan yang telah terdapat kue kering khas hari raya idul fitri, yap apalagi kalau bukan pak nastar dan bu kastengel. Dalam hati saya berkata bahwa saya pasti bisa makan lebih banyak kue-kue itu. Tapi saya berpikir sejenak wah kalau semua orang berpikir seperi saya bis habis semua kue di hari yang fitri ini. Makanya di bulan syawal ada ibadah puasa Syawal. Terakhir sebagai penutup saya menghimbau agar setelah bulan ramadhan dan bulan syawal grafik iman dan ketaqwaan kita kepada Allah tetap berada pada puncak koordinat atau kalau dalam ilmu ekonomi manajemen biasa disebut dengan BEP (Bring Even Point) yang dimana kita harus mempertahankannya atau malah jatuh merosot ke bawah.